Great Power Game: Saat Pemerintah GNA Libya Dikeroyok Rusia, AS dan ISIS


Bashar Al Assad bukanlah presiden paling malang di Timur Tengah karena dalam waktu yang bersamaan dia harus melawan AS yang menerapkan embargo ekonomi dan menempatkan pasukan di daerah SDF Kurdi/Arab, tapi dia juga harus berlawanan dengan Turki dan para milisi, sebelumnya dengan ISIS.

Namun, Assad masih didukung oleh pasukan Rusia dan Iran serta dukungan moril dari Irak dan Tiongkok.

Di lain pihak nasib pemerintahan GNA jauh lebih parah. Dua kekuatan dunia Rusia dan AS pernah berada di pihak yang berlawanan. Itu belum termasuk Prancis dan ISIS.

Di Sirte, misalnya, GNA pernah melawan ISIS yang ternyata di belakang layar didukung oleh LNA Haftar.
Walau GNA saat itu didukung oleh AS untuk menumpas ISIS, namun AS segera berbalik arah san kabur usai pasukan LNA datang mengepung Tripoli.

Presiden Donald Trump bahkan menelepon pimpinan LNA Jenderal Khalifa Haftar untuk memberi dukungan moril.

Dalam konstalasi terakhir, pemerintahan GNA di Tripoli memang didukung oleh Turki. Namun dengan kenyataan LNA didukung oleh pasukan Wagner dari Rusia, ditambah UAE, Arab Saudi, Mesir, Israel, Rejim Bashar Al Assad Suriah, Yunani (dan belakangan Italia juga mendukung Yunani lawan Turki) serta Prancis, bukanlah posisi yang mudah.

Dapat disebut GNA dikeroyok habis semua kekuatan dunia selain Turki dan Qatar.

0 Komentar