"Kalau semua basisnya adalah kekuatan umat, semakin menunjukkan kita tidak solid, tidak kompak berpecah-pecah. Khawatir hanya tinggal nama tapi gak ada orangnya," ungkap Jazilul di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (11/11/2020).
Jazilul mengatakan, jika hanya bermodal semangat dan kejayaan masalalu sudah tidak kontekstual. Oleh sebab itu, lanjut Jazilul, Partai Masyumi tidak akan lolos dielektoral maupun persyaratan.
"Modal semangat kejayaan masalalu menurut saya sudah tidak kontekstual, dan bisa jadi nanti tidak lolos dielektoral maupun persyaratan, umat Islam semakin kecil lagi kekuatannya," tuturnya.
"Menurut saya kita bersama menyatukan visi partai, toh masyumi tidak memiliki tema-tema besar yang kekinian," imbuhnya. Sementara saat disinggung apakah PKB akan mengajak Partai Masyumi untuk bergabung. Jazilul enggan berkomentar terlalu jauh, menurutnya PKB mengedepankan dialog, mengedepankan kebersamaan dan saling terbuka.
"Boleh saja kita saling berdialog, ga ada masalah, cumakan kepada siapa belum tau," pungkasnya.
Sebelumnya, Pengamat Politik Adi Prayitno menilai, lahirnya Partai Masyumi Reborn yang didirikan oleh sejumlah anggota Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) beresiko akan memainkan isu islamisme atau Politik Islam. Karena menurutnya, isu tersebut tidak kontekstual, tidak up to date, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
"Saya melihat Masyumi reborn ini terlampau beresiko memainkan isu Islamisme," ungkap Adi dalam akun twitter resminya @bang_adipray, Selasa (10/11/2020).
0 Komentar